Sabtu, 14 April 2018

Mahasiswa dan Apatis



Kepada para mahasiswa yang telah menggoreskan sebuah catatan kebanggaan dilemar sejarah manusia. Wahai kalian yang rindu kemenangan. Wahai kalian yang turun kejalan. Demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta. Untuk negeri tercinta.

            Kepada seseorang yang diberi julukan ‘mahasiswa’, bagaimana kabarmu hari ini?  Bagaimana semangat juangmu hari ini? Apakah semakin berkobar atau kian redup dimakan zaman? Masihkah kamu peduli disaat rakyat merintih? Masihkah tergerak hatimu untuk melakukan sesuatu disaat rakyat kelaparan? Masihkah ada kepedulian pada dirimu akan kondisi bangsa ini? Akan kondisi negara ini?
            Ataukah kasur empukmu mengalahkan semuanya? Ataukah kehidupan hedonmu membuatmu bungkam terhadap penderitaan rakyat? Jangankan peduli pada keadaan negeri ini karena masuk kuliahpun kamu malas bukan? Ah miris! Kebanyakan mahasiswa zaman now ini apatis. Hanya mementingkan kepentingan pribadi seolah tak peduli kanan kiri asal dirinya tak terzolimi.
            Hai kami yang diberi julukan ‘mahasiswa’. Maha di atas siswa, sebuah julukan yang mengandung arti besar. Sebuah julukan dengan harapan perubahan yang berarti bagi bangsa. Lupakah kamu dengan kejadian 1998? Lupakah dengan kejadian Trisakti? Kejadian dimana para mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Indonesia saling bahu membahu untuk meruntuhkan rezim orde baru. Dan ingat, kejadian Trisakti memakan korban. Mereka mahasiswa yang sampai mengorbankan nyawanya untuk bangsa ini. Untuk kehidupan lebih baik. Untuk kita. Untuk negara ini.
            Lupakah? Lupakah kalau kamu sebagai mahasiswa disebut ‘agent of change’? Si pembawa perubahan, lupakah? Atau kamu pura-pura lupa, lalu kemudian menutup mata atas semua itu? Kamu menutup mata atas rintihan rakyat. Kamu menurut mata atas keadaan sekitarmu. Kamu isi masa kuliahmu dengan hal-hal yang tidak berfaedah. Jangankan berniat untuk ikutan organisasi, masuk kuliah saja kamu malas.
            Lalu mau jadi apa bangsa ini jika mahasiswanya apatis? Jika mahasiswanya tidak memiliki ‘prestasi’? Bukankah 10 sampai 15 tahun kedepan, kamu yang bakal memegang kendali pemerintahan dinegara ini, lantas mau jadi apa negara ini jika kamu masih seolah tak peduli? Akan dibawa kemana negara ini untuk tahun-tahun kedepannya jika kamu yang saat ini sebagai mahasiswa masih cuek bebek?
            Ah, tak terbayangkan bagaimana negara ini kedepannya jika mahasiswanya apatis. Ingatkah kamu dengan kalimat ini ‘berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncang dunia’? Ya, 10 pemuda hebat bisa mengalahkan 1000 orang tua begitu ujar Soekarno. Hai kamu yang berstatus mahasiswa, sadarlah! Sadarlah sebelum semuanya terlambat. Saatnya berubah. Saatnya peduli. Indonesia butuh uluran tangan darimu. Orang-orang disekitarmu butuh pundakmu.
            Bangunlah wahai mahasiswa. Tak ada gunanya kamu pertahankan gaya hidup nan apatis. Tak ada gunanya kamu berfoya-foya disaat muda ini. Jalan kamu masih panjang, mulailah berubah. Satu langkah perubahanmu sangat berarti untuk Indonesia kedepannya. Indonesia butuh mahasiswa-mahasiswa ‘hebat’. Kamu tidak perlu memaksakan dirimu untuk berubah yang merepotkan, cukup bertahap, mungkin bisa dimulai dari memperbaiki hidupmu sendiri, lalu masuklah organisasi.
            Percayalah, organisasi apapun itu, kamu akan ‘diajarkan’ untuk peduli pada keadaan sekitarmu. Kamu diajarkan untuk ‘berbuat lebih’ untuk sekitarmu. Setelah itu, tatap keadaan diluar kampus dan berbuatlah. Jangan bermalasan, bukankah kamu hidup didunia ini untuk menjadi khalifah? Seperti yang disampaikan Allah dalam surah Q.S Al-Baqarah : 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “mereka berkata :” Mengapa engkau hendakmenjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akn membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami enantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”  Tuhan berfirman : ”sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.  
Anies Basswedan pernah berucap bahwa merugilah mahasiswa yang selama di perguruan tinggi hanya belajar dibangku ruang kuliah. Keluarlah dari zona nyamanmu. Bergabung dengan beberapa organisasi membuatmu belajar banyak hal. Pandai-pandailah memilih organisasi yang bisa membuatmu berkembang. Tak akan rugi, justru banyak yang bisa kamu dapatkan.
***
            Mulailah bertindak wahai kamu yang berstatus mahasiswa, tapi jangan pernah lupakan juga kewajiban kuliahmu. Walau bagaimanapun, kedua orang tuamu di kampung menguliahkanmu dengan harapan kamu dapat menyelesaikan kuliahmu dengan baik. Jangan pernah sedikitpun kamu sia-siakan keringat mereka. Mereka mengorbankan banyak hal untukmu. Darah, air mata, keringat,  do’a, dan lain sebagainya.
            Bahkan mereka tak pernah mengeluh sedikitpun, tapi kamu dengan seenaknya dirantau bermalasan kuliah. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak sebagaiman mestinya. Sadarlah! Jadilah mahasiswa yang oke akademik oke organisasi dan peduli terhadap sekitar.  W.S.Rendra pernah berkata bahwa mahasiswa sebagai generasi muda yang ideal adalah yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat, kemudian berbakti pada masyarakat.
            Dulu, mahasiswa terlihat garang dihadapan birokrasi dan menjadi momok menakutkan bagi mereka, seharusnya sekarang begitu juga. Bangkitlah wahai mahasiswa. Bangunlah! Hidupkan kembali taring ‘agent of change’ tersebut. Jangan sampai kehilangan jati diri sebagai seorang mahasiswa. Mari lanjutkan estafet perjuangan yang telah turun temurun diberikan sejak gerakan mahasiswa ditahun 1908.
            Coba tanyakan kembali pada dirimu, apa yang membuat dirimu kehilangan ketidakpedulian terhadap sekitar? Apa yang membuatmu memilih untuk menjadi mahasiswa kuliah pulang kuliah pulang? Apa karena takut nilai akademikmu anjlok? Benarkah karena alasan itu? Atau kamu memang benar-benar sudah terlena dengan gaya hidup hedonism? Nongkrong tak jelas, main games tak kenal waktu, pacaran tanpa batas, miras merajarela, club-club malam yang lebih menggiurkan ketimbang duduk manis berdiskusi sembari membaca buku disudut perpustakaan.
            Kalau memang alasanmu karena nilai akademik yang takut rendah, percayalah bahwa tidak semua aktivis ber-IPK rendah, justru malah kebalikannya.  Semua itu tergantung pada dirimu sendiri. Tergantung pada bagaimana kamu memanage waktumu. Jika kamu bisa menyeimbangkan antara keduanya, itu sungguh sangat luar biasa. Sedangkan jika alasannya karena kamu terlena dengan gaya hidup hedonisme, maka bangunlah!
            Negara ini butuh kamu, sadarlah. Hidup hanya sekali. Masa muda yang disia-siakan tak akan pernah bisa kamu ulang kembali lagi. Nasi yang udah jadi bubur tidak akan pernah bisa menjadi nasi lagi, tinggal bagaimana cara kamu membuat bubur itu tetap enak dinikmati.
            Hai kamu yang bergelar mahasiswa, buktikan pada dunia kalau generasi muda di Indonesia memiliki kapasitas yang bagus. Buktikan dengan prestasi-prestasimu, agar Indonesia tak dipandang sebelah mata lagi oleh negara lain. Kalau bukan kamu sebagai mahasiswa yang peduli pada keadaan negara ini, lantas siapa lagi? Kalau bukan dari sekarang kamu sebagai mahasiswa peduli terhadap negara ini, lantas kapan lagi?

1 komentar:

  1. Bener banget Mba. Berharap generasi sekarang lebih baik. Tetapi lebih mengkhawatirkan ditambah karena tantangan di zaman ini pub semakin sulit dan kompleks

    BalasHapus